Sebuah kisah menarik tentang perjuangan multifaset seorang wanita, “Before, Now & Then” telah menyentuh hati penonton lokal dan global. Film tersebut memenangkan penghargaan Film Berdurasi Panjang Terbaik dan Sinematografi Terbaik di Festival Film Indonesia 2022. Film ini juga mendapatkan pujian kritis dalam Berlin International Film Festival dan, yang terkini, di Camerimage. Drama periode yang memukau ini adalah hasil kolaborasi erat antara sutradara Kamila Andini dan DP Batara Goempar ICS.
“Before, Now & Then” menceritakan kisah Nana, yang, bertahun-tahun lalu, melarikan diri dari pembersihan anti-komunis di Indonesia, meninggalkan ayahnya yang terbunuh dan suaminya yang mungkin sudah meninggal. Berbeda sekali dengan masa lalunya, film ini menampilkan Nana yang menjalani kehidupan yang nyaman setelah menikah lagi dengan seorang pemilik perkebunan. Namun, kedamaian masih berada di luar genggamannya karena masa lalunya yang penuh gejolak terus menghantui dalam mimpinya.
Berbeda dengan karya-karya Goempar sebelumnya, seperti “Ali & Ratu Ratu Queens”, “Kadet 47”, dan “Perfect Strangers”, narasi dengan tempo lambat ini belum pernah digarap olehnya. Namun demikian, ia sangat ingin menerima tantangan itu. “Ini adalah genre yang berbeda bagi saya, tetapi saya menyukainya. Lebih baik kalau ada keragaman, dan kita harus merangkul keragaman dalam pembuatan film di Indonesia,” kata DP tersebut.
Mengingat ulang bagaimana dia dan Andini merencanakan tampilan film tersebut, Goempar menjelaskan: “Ketika saya berbicara dengan Kamila, dia ingin menambahkan kesan dingin pada film tersebut, seolah-olah selalu ada kekosongan. Awalnya, saya menyarankan untuk menggunakan warna desaturasi sebagai tema, tetapi dia bersikeras untuk tetap menggunakan pendekatan gaya.”
“Dengan berpegang pada pemikiran ini, tekstur menjadi elemen utama dari film. Kami melakukan pengambilan gambar, dan terkadang di balik lembaran vitrase (tirai tipis bertali yang tembus pandang, khas Indonesia). Kami menambahkan warna-warna melalui pakaian dan desain produksi. Pada akhirnya, meskipun merupakan menjadi film yang menggambarkan kesepian, visualnya dipenuhi dengan warna dan tekstur, dan kontras yang sangat besar ini telah memperkaya tampilannya,” lanjut sang sinematografer pemenang penghargaan ini.
Mengutip bagian film favoritnya, Goempar memilih salah satu adegan awal. “Pada awal film, ada cuplikan Nana yang sedang menjalani rutinitasnya di dalam rumah. Adegan ini dibangun di atas narasi tentang bagaimana seorang perempuan harus tinggal di dalam rumah dan menjalankan serangkaian tanggung jawab rumah tangga yang tetap. Saya menyukai adegan ini karena merupakan penentu secara tersirat tentang bagaimana keseluruhan film akan berjalan,” kata Goempar. “Kami tidak melakukan banyak pergerakan kamera yang dinamis, sebagian besar pemotretan statis, tetapi setiap potongan, dari adegan ke adegan, diedit dengan kesabaran penuh dan kecermatan tinggi. Setiap pemotretan begitu lambat dan sinematik.”
Keputusan kreatif lain yang dibuat sejak awal adalah bagaimana tim menangani urutan mimpi atau halusinasi. “Film ini berjudul ‘Before, Now & Then’ karena menggambarkan kompleksitas masa lalu yang sulit dari seorang perempuan, situasi saat ini, dan apa yang dilihatnya di masa depan. Biasanya, pembuat film akan membuat suasana yang terpisah untuk menggambarkan setiap periode, tetapi Kamila ingin sinematografinya menyatu. Kami ingin agar realitas, halusinasi, dan ekspektasi mengalir bersama secara alami,” kata Goempar.
Ketika ditanya tentang peralatan pilihannya, ia berseru, “Sejujurnya, satu-satunya kamera dan lensa yang dapat memenuhi gaya pengambilan gambar saya adalah ALEXA LF dan ARRI Signature Prime. Itulah alasan mengapa saya selalu menggunakannya selama hampir empat tahun. Semua ini membuat saya merasa nyaman dan terkesan seperti berada di rumah. Belum lagi, ini selalu merupakan investasi yang bagus bagi produser untuk melakukan syuting format besar bagi masa depan.”
“Saya selalu bisa mendapatkan gambar-gambar yang lebih imersif dengan ALEXA LF dan tampilan yang lebih halus dengan Signature Prime. Rasanya seperti kaca pembesar. Saya bisa melihat dari dekat dan merekam emosi dan nuansa para pemeran, tetapi masih ada jarak yang cukup jauh di antara kami. Bahkan dalam keheningan, kamu bisa melihat ekspresi dan bahasa tubuh Nana. Happy Salma, aktris yang memerankan Nana, memulai kariernya di teater, dan dia sangat ekspresif dengan gerakan tubuhnya,” tambah Goempar.
Mengenai jarak fokus Signature Prime, Goempar lebih suka bekerja menggunakan lensa yang lebih sedikit, membatasi pilihannya hanya pada kisaran menengah, biasanya antara 35 mm dan 75 mm. “Saya tidak suka terlalu sering mengganti lensa,” jelasnya. “Sebagai penonton, ketika kamu menonton film jenis ini, tentunya kamu tidak ingin terganggu oleh lensa yang sering diganti. Fokus utamanya bukanlah pada teknik komposisi, melainkan pada kisah yang ingin kami ceritakan.”
“Before, Now & Then” sedang streaming di Amazon Prime Video.