Pendekatan tim terhadap “The Big 4” secara visual sangatlah mudah. Goempar mengungkapkan bahwa metode mereka telah diputuskan dalam proses produksi sejak awal. Dia mengingat kembali, “Untuk adegan di metro, kami ingin menjadikannya lebih berani dan moody dengan semburat kebiruan. Untuk itu, saya menggunakan banyak lampu balon dan SkyPanel, dengan beberapa lampu uap natrium. Saya akan meletakkan lampu pada ketinggian yang sama dan sudut yang sama, tetapi dengan rentang warna yang berbeda untuk menambahkan dimensi. Dengan SkyPanel, saya bisa mengubah suhu warna dengan mudah.”
“Ketika produksi sedang berlangsung, kami berpindah ke beberapa lokasi dan melakukan syuting di Bali, di sinilah 80 persen adegan difilmkan. Timo ingin agar lokasi adegan-adegan itu terkesan seperti pulau petualangan tropis dengan banyak ledakan. Untuk menggambarkan hal ini, kami menggunakan banyak warna yang hangat dan bernuansa bumi, sehingga lebih banyak warna cokelat, lebih hijau, dan kesannya lebih berpasir. Kami lebih sering mengandalkan sinar matahari dan menggunakan lebih banyak cahaya alami,” lanjut Goempar, yang telah menghabiskan waktu selama empat bulan bersama krunya untuk mengerjakan fotografi utama.
DP Batara Goempar ICS dengan ARRI ALEXA Mini LF dan Signature Prime
Pergerakan kamera juga sangat penting dalam mewujudkan visi mereka untuk film tersebut, dan di sinilah peran ALEXA Mini LF dan Signature Prime. “Kami membutuhkan kamera yang bisa berfungsi dengan baik seiring dengan pergerakan balistik. Kami melakukan banyak pengambilan gambar dengan cara genggam untuk adegan perkelahian, seperti menggeser atau memiringkan kamera, melakukan zoom dengan cepat dan tiba-tiba. Kami harus membongkar kamera di lokasi adegan; kami hanya mengambil kamera, lensa, dan monitor, lalu meletakkannya di ransel untuk operator saya. Bodi Mini LF yang terbuat dari serat karbon dan desain logam campuran magnesium dari Signature Prime sangat ringan, namun tetap dapat menghasilkan kinerja yang berkualitas,” kata Goempar, yang menekankan tentang pentingnya kamera berukuran kecil dengan kapabilitas yang sangat besar di lapangan.
Untuk lensa, sinematografer “Before, Now & Then” ini memilih untuk tetap menggunakan 35 mm, dan hanya menggantinya sesekali. Dia menjelaskan, “Bahkan ketika saya membawa seluruh perangkat lensa, saya hampir selalu menggunakan 35 mm, kadang-kadang saya menukarnya dengan 47 mm dan 125 mm, jika perlu. Menurut saya, 35 mm adalah yang paling tepat, seperti yang saya lihat. Jika saya ingin lebih dekat, saya hanya perlu bergerak lebih dekat dengan aktor, tidak perlu mengganti lensa."
DP Batara Goempar ICS lokasi syuting “The Big 4”
“Saya suka mengambil gambar yang sangat lebar dan close-up yang ekstrem, tetapi dengan kamera lain, saya tidak bisa berada terlalu dekat dengan para aktor. Saya akan memerlukan jarak yang lebih jauh dan lensa yang lebih panjang. Tetapi, dengan ALEXA Mini LF, saya bisa menangkap ekspresi para aktor dan pandangan mata mereka. Kamera ini menghasilkan tampilan yang sangat imersif bagi saya, terutama ketika saya memasangkannya dengan Signature Prime. Lensa ini memiliki jarak fokus minimum yang lebih rendah dan tampilan yang lebih lembut yang lebih saya sukai. Seolah-olah alat-alat ini memang sudah ditakdirkan untuk satu sama lain,” tambah Goempar.
Sinematografi dari Indonesia sangat dihargai sejak dulu, tetapi dengan meningkatnya jumlah produksi internasional dan lokal, standar saat ini menjadi bahkan lebih tinggi. “Penonton tentu berharap lebih banyak dari industri film kita saat ini. Namun, selain itu, kita juga perlu menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki para sinematografer dan pembuat film yang brilian dengan karya yang luar biasa. Selama ada kepercayaan dan kesempatan, kita mampu melakukan banyak hal,” kata Goempar.
The Big 4” sedang tayang di Netflix.